Buku 99 Kisah Orang Shalih berisi tentang cerita orang pilihan yang shalih terdahulu yang dapat kita jadikan sebagai renungan dan contoh bagi kaum muslimin. Banyak kisah menarik dengan berbagai latar belakang, berikut adalah salah satu contohnya kisah tentang seseorang yang baru masuk Islam dan sangat baik keislamannya.
Abdul Wahid bin Zaid berkata, “Ketika itu kami naik perahu, lalu angin kencang berhembus menerpa perahu kami, sehingga kami terdampar di suatu pulau di tengah laut. Kami turun ke pulau itu dan mendapati seorang laki-laki sedang bersimpuh menyembah sebuah patung.
Kami berkata kepadanya, ‘Di antara kami, para penumpang perahu ini, tidak ada yang melakukan seperti yang kamu lakukan ini’.
Dia bertanya, ‘Kalau demikian, siapa yang kalian sembah?
Kami menjawab, ‘Kami menyembah Allah’.
Dia bertanya, ‘Siapakah Allah itu?”
Kami menjawab, ‘Dzat yang memiliki istana di langit dan kekuasaan di muka bumi’.
Dia bertanya, ‘Bagaimana kamu bisa mengetahui hal itu?”
Kami jawab, ‘Dzat tersebut mengutus seorang rasul kepada kami dengan membawa mukjizat yang jelas, maka rasul itulah yang menerangkan kepada kami mengenai hal itu’.
Dia bertanya, ‘Lalu apa yang Dia lakukan terhadap rasul kalian itu?”
Kami menjawab, ‘Ketika Rasul itu telah tuntas menyampaikan risalahNya, Allah mencabut ruhnya, kini utusan itu telah meninggal’.
Dia bertanya, ‘Apakah dia tidak meninggalkan sesuatu tanda kepada kalian?
Kami menjawab, ‘Dia meninggalkan Kitab Suci Allah untuk kami.
Dia berkata, ‘Coba kalian perlihatkan Kitab Suci itu kepadaku!’
Kemudian kami memberikan mushaf al-Qur an kepadanya, maka dia berkata, siapa yang bisa membacanya dengan bagus?”
Lalu kami membacakan beberapa ayat kepadanya, maka tiba-tiba ia menangis, dan berkata, Tidak pantas Dzat yang memiliki firman ini didurhakai.’
Kemudian ia memeluk Islam dan menjadi seorang Muslim yang baik. Selanjutnya dia meminta kami agar diizinkan ikut serta dalam perahu. Kami pun menyetujuinya lalu kami mengajarkannya beberapa surat al-Quran. Ketika malam tiba, sementara kami semua telah berada di tempat tidur kami, tiba-tiba dia bertanya, ‘Wahai kalian, apakah Tuhan yang kalian beritahukan kepadaku itu juga tidur?
Kami menjawab, ‘Dia Mahahidup, Terus-menerus mengurusi makhlukNya, dan tidak pernah mengantuk atau tidur’
Maka dia berkata, ‘Ketahuilah, bahwa di antara akhlak yang tercela adalah seorang hamba tidur nyenyak di hadapan tuannya’. Dia lalu melompat, berdiri untuk mengerjakan shalat. Demikianlah, kemudian dia terus shalat sambil menangis hingga tiba waktu Shubuh.
Ketika sampai di daerah Abbadan, aku berkata kepada kawan-kawanku, ‘Laki-laki ini orang asing, dia baru saja memeluk Islam sudah sepatutnya kita membantunya. Maka mereka pun mengumpulkan beberapa barang untuk diberikan kepadanya, lalu kami menyerahkan bantuan itu kepadanya. Seketika saja ia bertanya, ‘Apa ini?’
Kami jawab, ‘Sekedar infak, kami berikan kepadamu.’
Dia berkata, ‘Subhanallah, kalian telah menunjukkan kepadaku suatu jalan yang kalian sendiri belum mengerti. Selama ini aku hidup di suatu pulau yang dikelilingi lautan, aku menyembah selain Allah tetapi sekalipun demikian Dia tidak pernah menyia-nyiakan aku; maka bagaimana mungkin Dia menyia-nyiakanku sedangkan aku menyembahNya, lebih dari itu Dia adalah Tuhan
‘Yang Maha Mencipta dan Dzat Yang Maha Memberi rizki?’
Setelah itu dia pergi meninggalkan kami. Beberapa hari kemudian, aku mendapat kabar bahwa orang itu dalam keadaan sakaratul maut. Kami segera menemuinya, dan ia sedang dalam detik-detik kematian. Setiba di sana, aku ucapkan salam kepadanya, lalu aku berkata, ‘Apa kamu memiliki hajat (yang bisa kami bantu)?
Dia menjawab, ‘Keinginan dan harapanku telah tercapai pada saat kalian datang ke pulau itu sementara ketika itu aku tidak mengerti kepada siapa aku harus menyembah.’
Kemudian aku bersandar di sampingnya untuk mengajaknya berbincang sejenak, tiba-tiba saja aku tertidur. Dalam tidurku aku bermimpi melihat taman yang di atasnya terdapat kubah di tengah kuburan Abbadan, dan di bawah kubah tersebut terdapat tempat tidur, lalu di atasnya nampak seorang gadis yang tak pernah kulihat yang lebih cantik darinya.
Gadis itu berkata, ‘Demi Allah, segeralah mengurus jenazah ini, aku sangat rindu kepadanya.’ Maka aku terbangun dan aku mendapati orang tersebut telah meninggal dunia. Aku pun memandikan dan mengkafaninya.
Pada malam harinya saat aku tidur, aku memimpikannya lagi. Aku lihat ia sangat berbahagia, didampingi seorang gadis di atas tempat tidur di bawah kubah sambil menyenandungkan Firman Allah,
“Keselamatan bagi kalian karena kesabaran kalian; maka alangkah baiknya tempat berkesudahan itu.” (Ar Ra’d: 24)
Semoga buku 99 kisah orang shalih ini dapat menjadi pencerahan dan renungan bagi setiap muslim untuk diambil sebagai pelajaran dan contoh dalam kehidupan.
Reviews
There are no reviews yet.