Ibadah Archives – PustakaHanif.com https://pustakahanif.com/category/ibadah Toko Buku Islam Online Tue, 13 Dec 2022 12:55:51 +0000 id hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.8.3 https://pustakahanif.com/wp-content/uploads/2021/07/cropped-android-chrome-512x512-1-1-32x32.png Ibadah Archives – PustakaHanif.com https://pustakahanif.com/category/ibadah 32 32 Shalat Subuh Merupakan Penyebab Seseorang Masuk Surga https://pustakahanif.com/shalat-subuh-merupakan-penyebab-seseorang-masuk-surga https://pustakahanif.com/shalat-subuh-merupakan-penyebab-seseorang-masuk-surga#respond Tue, 13 Dec 2022 12:55:48 +0000 https://www.pustakahanif.com/?p=3936 Imam Bukhari meriwayatkan dalam Shahih-nya dengan sanadnya, bahwa Rasulullah bersabda: “Siapa melaksanakan dua shalat Bardain, ia masuk surga” (HR Bukhari).

The post Shalat Subuh Merupakan Penyebab Seseorang Masuk Surga appeared first on PustakaHanif.com.

]]>
Imam Bukhari meriwayatkan dalam Shahih-nya dengan sanadnya, bahwa Rasulullah bersabda: “Siapa melaksanakan dua shalat Bardain, ia masuk surga” (HR Bukhari). Shalat Bardain adalah shalat Subuh dan Asar. Disebut bardain (dua waktu dingin) karena keduanya dilaksanakan pada dua waktu dinginnya siang, tepatnya pada kedua ujung siang, ketika suasana teduh dan tidak ada terik panas.

Setelah adanya janji Ilahi ini, apakah engkau, masih merasa tidak akan masuk surga kalau engkau senantiasa melaksanakan shalat Subuh? Penulis katakan kepadamu, “Mahaagung Dzat yang tidak pernah menyalahi janji.”

Tidakkah engkau bersegera dan membulatkan tekad untuk masuk surga? Bagaimana engkau meragukan janji Rabbmu sendiri? Padahal orang-orang Nasrani saja percaya dengan janji bapak-bapak (pastur) dan rahib-rahib (pendeta) yang menjual kaplingan surga kepada mereka hanya dengan beberapa keping uang yang tak seberapa. Padahal bapak dan rahib mereka itu tidaklah memiliki hak satu jengkal pun dari surga, apalagi memberikannya kepada siapa saja yang ia sukai.

Mulai sekarang, bangunlah dan bacalah keterangan-keterangan tentang surga, kenalilah berbagai kenikmatan yang ada di dalamnya, supaya hatimu selalu merindukannya, sehingga kau senantiasa bersungguh-sungguh untuk memenuhi harganya.

Dan sekarang juga, bacalah pembahasan tentang tingkatan-tingkatan surga. Bacalah tentang bangunan-bangunan dan kamar-kamar surga. Bacalah tentang kebun-kebun, pepohonan, tanaman, dan buah-buahannya. Bacalah tentang dipan dan kasur-kasurnya.

Bacalah tentang bidadarinya. Bacalah tentang burung, kuda, dan untanya. Bacalah tentang khamr, susu, madu, dan dagingnya. Bacalah tentang kekekalan dan keabadian nikmatnya, Walau sedetail apa pun yang kau baca tentang surga dari Al-Quran dan As-Sunnah, dan engkau sudah berusaha mengenali isinya, apa yang engkau ketahui sama sekali tidak sebanding dengan yang sebenarnya disimpan Allah luntukmu di sana nanti. Allah telah menyebutkan hal ini secara global dalam firman-Nya:

“Seorang pun tidak mengetahui apa yang disembunyikan, untuk mereka, yaitu (berbagai nikmat) yang menyedapkan pandangan mata sebagai balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.” (As-Sajdah [32]: 17)

Barangkali, kalau di sini penulis bawakan riwayat mengenai kenikmatan yang diperoleh penduduk surga paling rendah itu lebih membuat hati pembaca mantap dan menjadikannya semakin rindu untuk menggapainya.

Imam Muslim meriwayatkan dalam Shahih-nya dengan sanadnya dari Mughirah bin Syu’bah, Rasulullah bersabda, “Musa bertanya kepada Rabbnya, ‘Wahai Rabbku, siapakah penduduk surga yang paling rendah tingkatannya?”

Allah berfirman, “Orang yang masuk surga setelah semua penghuni surga memasuki surga” Kemudian orang itu berkata “Wahai Rabb, bagaimana aku masuk surga sementara semuanya sudah mengambil tempat dan jatahnya masing masing?”

“Relakah kamu memiliki apa yang dimiliki seorang raja di dunia?” tanya Allah kepada orang itu.

“Tentu aku rela, ya Rabb.” jawab orang itu.

Allah pun berfirman, “Itu semua untukmu, dan ditambah dua kali lipat, tiga kali lipat, empat kali lipatnya…” Tatkala pada hitungan kelima, orang itu mengatakan, “Cukup, aku sudah ridha dengan ini semua, wahai Rabb.”

Allah berfirman, “Ini semua adalah milikmu dan engkau mendapatkan sepuluh kali lipatnya”

Musa bertanya lagi, “Wahai Rabb, lantas siapakah penduduk surga yang paling tinggi derajatnya?”

Allah menjawab, “Mereka adalah orang-orang yang Aku kehendaki, kemuliaan mereka Aku tanamkan dengan kedua tangan-Ku, lalu kuakhiri tempat mereka di sana, tempat itu belum pernah dilihat mata, didengar telinga, dan belum pernah terbayangkan oleh hati manusia”

Sebenarnya, yang menjadi titik perkara adalah —dalam sebagian besar kesempatan— kita terlalu sering menganggap surga sebagai hal yang remeh. Memang kita belum pernah melihatnya, bahkan kebanyakan kita belum pernah sampai tingkatan menghayati sifat-sifat surga dengan penghayata yang menjadikan hati sangat suka dengannya. Seandainya kita ketahui benar akan surga, tentu semua pengorbanan dan usaha keras guna menggapainya menjadi ringan.

Tepat benar apa yang dikatakan seseorang, “siapa saja yang mengenali apa yang ia cari, ringanlah semua ia korbankan.

Engkau telah mengetahui bukan, bahwa harga untuk membayar surga yaitu shalat Bardain? Maka sudah selayaknya kamu berusaha untuk memulai perniagaan, bersegeralah dan jangan engkau sia-siakan.

Orang-orang di sekelilingmu, ketika mereka membaca iklan di koran-koran tentang penjualan sebuah rumah, atau barangkali vila, hampir saja mata mereka copot dan hati mereka ingin lepas landas, karena saking inginnya mengetahui ruangan-ruangan bertingkat dan kamar-kamar dari vila itu.

Apalagi kalau si pemasang iklan begitu royal dalam mengumumkan iklan tersebut. Contohnya, ia gambarkan bahwa vila itu sejajar dengan pemandangan ke laut, ada taman, kolam renangnya, dilengkapi dengan 20 kamar, garasi mobil, lantainya terbuat dari marmer, dan seterusnya.

Padahal, Rabb kita dan firman-Nya memiliki permisalan yang lebih tinggi lagi (al-matsalul a’la). Demi Allah, sebagus dan seroyal apa pun penulis iklan memamerkan vila yang ia tawarkan tidak akan mampu menandingi keindahan dan keagungan pengumuman Allah tentang surga dan harganya, yang tercantum dalam Al-Quran dan ayat-ayatnya.

Barang dagangan telah ditawarkan kepadamu. Sudah begitu Allah membantu dan menunjukkanmu cara mengumpulkan harga yang harus dibayar. “… dan untuk yang demikian itu hendaknya orang berlomba-lomba” (Al-Muthaffifin:26)

Penjelasan keutamaan besar shalat subuh diatas dikutip dari buku keajaiban shalat subuh yang ditulis oleh ‘Imad ‘Ali Abdus Sami’ Husain dan diterbitkan oleh WIP Publishing. Semoga menggugah semangat kita untuk menunaikan shalat subuh berjamaah secara konsisten.

The post Shalat Subuh Merupakan Penyebab Seseorang Masuk Surga appeared first on PustakaHanif.com.

]]>
https://pustakahanif.com/shalat-subuh-merupakan-penyebab-seseorang-masuk-surga/feed 0
Aspek Ubudiyyah Dalam Duduk Di Antara Dua Sujud https://pustakahanif.com/aspek-ubudiyyah-dalam-duduk-di-antara-dua-sujud https://pustakahanif.com/aspek-ubudiyyah-dalam-duduk-di-antara-dua-sujud#respond Tue, 13 Dec 2022 07:33:14 +0000 https://www.pustakahanif.com/?p=3928 Setelah sujud, seorang hamba diperintahkan untuk mengangkat kepala lalu duduk dengan posisi tegak. Mengingat posisi duduk ini berada di antara

The post Aspek Ubudiyyah Dalam Duduk Di Antara Dua Sujud appeared first on PustakaHanif.com.

]]>
Setelah sujud, seorang hamba diperintahkan untuk mengangkat kepala lalu duduk dengan posisi tegak. Mengingat posisi duduk ini berada di antara dua sujud, yaitu sujud sebelumnya dan sujud setelahnya, sehingga pada prosesnya orang yang shalat harus berpindah dari sujud lalu duduk kemudian sujud kembali.

Maka dalam posisi duduk di antara dua sujud ini terdapat makna tersendiri. Rasulullah memanjangkan temponya seperti halnya tempo sujud beliau, seraya berdoa kepada Rabbnya dengan memohon ampun, rahmat, keselamatan, petunjuk, rezeki, ditutupi dari segala kekurangan, dan memohon diangkat derajatnya di sisi-Nya.

Ketika duduk di antara dua sujud, Nabi berdoa:

Ya Allah, ampunilah aku, rahmatilah (sayangilah) aku, selamatkanlah aku, berilah aku petunjuk, anugerahkanlah aku rezeki, tutupi kekuranganku, tinggikan derajatku.” (HR Abu Dawud)

Tujuh macam permohonan ini menghimpun kebaikan dunia dan akhirat. Sebab, seorang hamba membutuhkan bahkan ia terdesak kebutuhan untuk meraih kemaslahatan di dunia dan akhirat serta mencegah timbulnya mudharat di dunia dan akhirat. Dan semua itu sudah tercakup di dalam doa ini.

Anugerah berupa ‘rezeki’ dapat memenuhi kebutuhan dunianya; anugerah ‘keselamatan’ menghindarkannya dari mudharat dan bencana dunia; sedangkan anugerah ‘petunjuk’ memenuhi kemaslahatan akhiratnya; anugerah ‘ampunan’ menghindarkannya dari mudharat (siksa) akhirat; sementara anugerah ‘rahmat’ atau kasih sayang menghimpun semua kebutuhan tersebut.

Pada posisi duduk ini, Nabi juga mengulang-ulang, lafazh istighfar, yaitu dengan melafalkan kalimat “Ya Rabb, ampunilah aku… Ya Rabb, ampunilah aku…” Selain beristighfar, Rasulullah juga memperbanyak permohonan dan harapan kepada Allah pada posisi ini.

Ada rasa dan kepekaan hati tersendiri dalam posisi duduk di antara dua sujud ini yang tidak terdapat pada posisi sujud. Karena saat seorang hamba duduk di antara dua sujud, ia berada dalam posisi bersimpuh di hadapan Rabbnya, menyerahkan diri sepenuhnya di hadapan-Nya, memohon maaf atas kesalahannya, mengharapkan Allah mengampuni dan menyayanginya, dan meminta bantuan kepada-Nya untuk menundukkan hawa nafsunya yang, kerap menyeretnya kepada keburukan.

Umpamakanlah diri Anda seperti orang yang menjadi penjamin bagi orang yang berutang. Sementara orang yang berutang itu ternyata suka menipu dan menangguh-nangguhkan pelunasan utangnya. Lalu Anda meminta bantuannya agar melunasi utangnya, supaya Anda bebas dari tuntutan pemilik piutang.

Hati merupakan kolega atau sekutu jiwa dalam hal terealisasikannya kebaikan dan keburukan, pahala dan siksa, pujian dan celaan.

Jiwa dan hawa nafsu cenderung membangkang dan menyimpang dari ruang lingkup penghambaan pada Nya, juga cenderung menyia-nyiakan hak-hak Allah dan hak antar sesama manusia. Hati akan menjadi sekutu hawa nafsu jika hawa nafsu menguasai hati. Sebaliknya, hawa nafsu akan menjadi sekutu dan tawanan hati jika hati menguasai hawa nafsu.

Ketika bangun dari sujud, sang hamba diperintahkan untuk duduk bersimpuh di hadapan Allah; memohon bantuanNya untuk menundukkan jiwanya, meminta maaf kepada Tuhannya terhadap kekhilafan yang didasari oleh dorongan jiwa dan hava nafsunya.

Ia berharap Allah mengampuni dosa-dosanya dan mengasihaninya, memohon kepada-Nya keselamatan, petunjuk dan rezeki, serta meminta kepada-Nya agar menutupi kekurangannya dan mengangkat derajatnya.

Setelah itu, hamba diperintahkan agar kembali sujud seperti sebelumnya; tidak cukup dengan sekali sujud saja dalam satu rakaat. Berbeda halnya dengan posisi ruku yang cukup dengan sekali ruku’ saja dalam satu rakaat.

Karena sujud mempunyai keutamaan dan kemuliaan tersendiri. Khususnya dalam hal kedekatan posisi hamba kepada Allah. Bahkan, posisi hamba yang paling dekat kepada-Nya adalah ketika ia bersujud kepada-Nya.

Sujud adalah gerakan shalat yang paling menunjukkan ‘makna ubudiyyah (penghambaan diri) dibanding dengan gerakan shalat lainnya. Oleh karena itu, sujud dijadikan sebagai gerakan penutup pada setiap rakaat.

Adapun gerakan-gerakan sebelumnya dianggap sebagai pengantar sujud hamba di hadapan-Nya. Kedudukannya dalam shalat seperti kedudukan thawaf ziarah (Ifadhah). Adapun rangkaian manasik sebelumnya, seperti wukuf dan manasik-manasik yang mengiringinya, hanyalah sebagai pengantarnya.

Jika dalam shalat posisi paling dekat seorang hamba kepada Rabbnya adalah ketika ia sujud, maka demikian pula di dalam manasik haji, sedekat-dekatnya seorang hamba dengan Rabbnya adalah saat dia melakukan thawaf tersebut. Itulah sebabnya, wallahu a’lam, mengapa ruku’ dilakukan sebelum sujud; yaitu sebagai pengantar dan tahapan dari satu posisi ke posisi yang lebih mulia.

Penjelasan hikmah penghambaan dalam posisi diantara dua sujud dalam shalat dikutip dari buku rahasia shalat menurut ibnul qayyim yang ditulis oleh Dr. Malik Kamal Sya’ban dan diterbitkan oleh Pustaka Imam Syafii. Makna dan Hikmah setiap bacaan dan gerakan dalam shalat lebih lengkap dapat dibaca pada buku tersebut.

The post Aspek Ubudiyyah Dalam Duduk Di Antara Dua Sujud appeared first on PustakaHanif.com.

]]>
https://pustakahanif.com/aspek-ubudiyyah-dalam-duduk-di-antara-dua-sujud/feed 0